Selasa, 19 Oktober 2010

Perbuatan Baik Tanpa Bekas

Ada seorang Kakek tua yang sangat bijaksana, dia adalah seorang pengembara. Suatu hari sampailah dia di suatu Kerajaan dan saat sang Raja itu mendengar tentang kebijaksanaan sang Kakek itu maka sang Raja pun mengundangnya sebagai Tamu Agung. Kemudian terjadilah pembicaraan yang sangat menarik..
Raja : Aku mendengar bahwa anda adalah seorang yang bijak dan sangat tinggi kebajikannya ?
Kakek : Tidak begitu Raja, Hamba hanyalah seorang yang biasa-biasa saja.
Raja : Aku hanya ingin bertanya kepada anda. Jika aku telah membangun banyak tempat ibadah, tempat berjualan, tempat menyembuhka orang yang sakit dan secara rutin memberi sumbangan makanan dan pakaian kepada setiap pengemis dan gelandangan, apakah aku akan mendapatkan berkat dan pahala yang besar ? (dengan nada yang sangat membanggakan diri)
Kakek : Tidak ada berkat dan pahala sama sekali Raja. (menjawab dengan spontan)
Raja : Anda ini adalah orang yang sangat tidak sopan dan sangatlah kurang ajar menjawab seperti itu kepada seorang Raja. (sang Raja pun marah sekali)
Sang kakek pun tidak berpikir panjang dan langsung pergi angkat kaki dari istana sang Raja itu. Dia tidak ingin melanjutkan pembicaraan dengan sang Raja yang sedang marah itu. Setelah sang Kakek itu pergi, sang Raja tidak bisa tidur dengan nyenyak dan tidak nafsu makan selama tiga hari tiga malam karena teramat kesal dan sangat marah sekali.
Masih dalam keadaan kesal dan emosi, sang Raja pun meminta kepada Penasihatnya sambil menceritakan tentang pembicaraannya dengan si Kakek itu. Lalu sang Penasihat secara jujur mengatakan kepada sang Raja bahwa semua yang dikatakan Kakek itu memanglah benar. Memberi ataupun menyumbang dengan mengharapkan suatu balasan tidak ada berkat dan pahalanya sama sekali. Akhirnya sang Raja pun mengerti apa yang dikatakan sang Kakek itu.
Kata-kata ataupun ucapan yang baik dan keluar dari hati yang bersih dan tulus tidak perlu dihiasi dengan bunga-bunga untuk meyakinkan orang lain. Begitu pula dengan perhitungan atau rencana yang berangkat dari hati yang bersih dan tidak ada sedikitpun ditunggangi maksud yang tidak baik, tidak perlu disertai dengan suatu siasat atau intrik tertentu, meskipun pintunya tidak tertutup dan terkunci, maka tidak ada yang mampu untuk masuk ke dalamnya untuk merayu ataupun menggodanya.
Seorang yang bijaksana selalu berperilaku tidak banyak berbuat atau melakukan apa-apa dan tidak punya keinginan untuk mencari popularitas ataupun mencuri keuntungan dari orang lain. Maka dia tidak akan pernah membuat janji apapun untuk mengikat seseorang. Dengan demikian,sebenarnya perjanjian yang baik dan jujur tidak perlu dibuat secara tertulis untuk saling mengikat.
Seorang pemimpin negara sebaiknya adalah seorang yang suka menolong dan membantu rakyatnya untuk mendapatkan hidup yang layak dan lebih baik. Maka seorang pemimpin negara tidak pernah membuang ataupun meninggalkan rakyatnya. Disamping itu, seorang pemimpin negara tidak akan menonjolkan diri dan memperlihatkan jasanya untuk mencari popularitas.
Orang yang baik adalah guru teladan bagi orang yang tidak baik, sebaliknya orang yang tidak baik juga bisa dijadikan cermin bagi orang baik untuk menghindari dan mencegah perbuatan yang tidak baik. Jika seseorang yang tidak baik, tidak mau belajar dari orang yang baik dan tidak menghargai gurunya, maka meskipun dia menanggap dirinya pintar, tapi dia telah melakukan kebodohan dan kekeliruan yang sangat besar dalam sepanjang hidupnya.

By : Handy Zhou (Handy Soesanto)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar